Minggu, 13 Januari 2013

Meraih Indonesia Mandiri Energi Melalui High Knowledge & Skill Mahasiwa

1.            Pendahuluan
Mahasiswa  sebagai salah satu penunjang kemajuan suatu negara dari segi ilmu pengetahuan yang siap untuk dikembangkan menjadi ilmuawan ataupun calon pemimpin dengan skill dan knowledge yang unggul.
Mahasiwa juga sebagai asset yang sangat berharga untuk menjadi ilmuwan atau calon pemimpin yang cerdas dengan penetrasi yang sangat luas di seluruh pelosok negeri merupakan modal vital yang dimiliki suatu negara untuk membentuk competitive advantage negara dalam membangun visi dan misinya.
Pencarian dan pembentukan competitive advantage negara harus dilakukan karena merupakan salah satu prasyarat bagi keberlangsungan hidup negara.
Secara skill, Indonesia memiliki banyak mahasiswa  dengan skill tinggi dan knowledge yang luas.
Hanya saja skill dan knowledge ini nampaknya masih belum kelihatan dimana mahasiswa yang cerdas dan berpotensi belum atau tidak dikembangkan secara maksimal.Dalam beberapa kasus bahkan di dapati mahasiswa lebih memilih mencari ilmu dan bekerja diluar Indonesia yang seharusnya skill dan knowledge mahasiswa tersebut dapat memajukan Indonesia sesuai visi maupun misi.
Setiap mahasiswa pada dasarnya memiliki harapan untuk dapat melakukan pendidikan dengan baik. Ketidakmampuan mahasiswa dalam melaksanakan pendidikan di Indoneia yang disebabkan kurangnya skill yang akan mereka miliki maupun faktor penunjang lainnya yang akan menyebabkan demotivasi, meningkatnya tingkat stress yang pada akhirnya menyebabkan mahasiswa prustasi. Sebaliknya jika mahasiswa dikembangkan secara optimal dan diberikan pelatihan yang tepat, sehingga mereka dapat melaksanakan pendidikan dengan baik dan cepat, maka akan muncul kepuasan, menurunkan tingkat stress dan mendorong terciptanya inovasi-inovasi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi Indonesia.

2.            Review Literatur

2.1.   Indonesia Mandiri Energi (IME)
Program Indonesia Mandiri Energi telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di masa kepemimpinannya yang mana salah satu program kerja kedepan adalah pengembangan desa biasa menjadi desa mandiri energi (DME). Hal ini dapat dilihat dengan faktor kondisi 45% desa dari 70 ribu desa di Indonesia yang dikategorikan sebagai desa tertinggal sangat minim infastruktur dan fasilitas penunjang, seperti sarana pendidikan, sumber air bersih maupun akses masyarakat pada energinya.
            Menurut Purnomo Yusgiantoro selaku mantan menteri ESDM, saat ini di Indonesia terdapat 100 Desa Mandiri Energi dengan bahan bakar non-nabati di 81 kabupaten dan 40 Desa Mandiri Energi yang menggunakan bahan bakar nabati yang merupakan binaan tujuh departemen yaitu departemen ESDM, Pertanian, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Negara Daerah Tertinggal, Kementerian BUMN, dan Departemen Kelautan.
Tujuan pengembangan Desa Mandiri Energi ada beberapa yang terutama adalah pengurangan kemiskinan dan membuka lapangan kerja, kalau bisa sampai akhir kabinet dapat mengurangi pengangguran hingga 1 juta orang, mengurangi kemiskinan disamping juga untuk mensubstitusi bahan bakar minyak.
Dan juga menurut Bibit Supardi, S.Pd., MT dalam artikel ” Membangun Desa           Mandiri Energi Berbasis PLTMH di Kabupaten Klaten, DME merupakan salah satu program agar desa bisa memenuhi kebutuhan energinya sendiri, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi penggangguran serta kemiskinan dengan mendorong kemampuan masyarakat dan pengguna sumber daya setempat. Dengan program tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pasokan energi kepada pihak / daerah lain dan masyarakat pedesaan tidak hanya bergantung pada bahan bakar minyak, khususnya minyak tanah dalam memenuhi kebutuhannya sehari hari.

gb1
Sumber : ESDM

Faktor lain yang dapat dilihat juga adalah ketersediaan energi di Indonesia. Indonesia memiliki cadangan berbagai sumber energi meskipun tidak terlalu besar dibandingkan keperluannya. Walaupun demikian perlu dilakukan berbagai tindakan agar cadangan energi tersebut  dapat dijadikan kekayaan yang dapat dinikmati oleh generasi penerus, bukan hanya dihabiskan untuk generasi saat ini.
Yang pada dasarnya energi terdiri dari energi tak terbarukan (non renewable) dan energi terbarukan (renewable). Di Indonesia energi tak terbarukan terdiri dari energi yang telah dikembangkan yaitu minyak, gas dan batu bara. Energi tak terbarukan yang belum dikembangkan adalah uranium (nuklir) dan Coal Bed Methane (CBM). (bab 1, agenda 21 sektor energi).
Bisa dilihat potensi energi maupun sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah :
Sumber : ESDM


2.2.  Mahasiswa
“ Mahasiswa ” mirip sebutan akademis untuk siswa / murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19). Secara Harfiyah,“ Mahasiswa ” terdiri dari dua kata yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi, besar dan ” Siswa ” yang berarti subyek pembelajar (Bobbi de Porter ). Jadi dari segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas. Dan menurut  August Comte selaku Pengantar Psikologi,  mahasiswa adalah Agent of Social Change.
sumber: Makrab IMTEK STMI

3.            Pembahasan
Pada bagian pendahuluan telah disebutkan bahwa masih ada ketidakselarasan antara kecerdasan dan potensi besar yang dimiliki sebagian besar mahasiswa Indonesia dengan skill yang mereka miliki. Hal ini disebabkan karena secara umum mahasiswa yang sedang ataupun selesai menepuh pendidikan adalah  fresh graduated dari S1, D3 maupun D1 yang masih belum memiliki skill dan pengalaman yang memadai.
Para mahasiswa ini sangat memerlukan bimbingan dan transfer ilmu dari para ilmuwan dan atau pelatihan dari LITBANG untuk melaksanakan program DME. Namun dalam kenyataannya proses transfer skill dan pengalaman ini mengalami kendala karena sebagian para ilmuwan kurang berminat melakukan proses tersebut. Hal ini mengakibatkan pada program DME yang mana ketika para ilmuwan yang memiliki skill dibidang tertentu sudah tua maupun pensiun tidak ada lagi orang yang bisa menggantikannya, seperti ungkapan ”when employees leave a country, their knowledge goes with them”.
Selain itu, proses-proses pengadaan perangkat dan atau implementasi sistem baru yang melibatkan teknologi tinggi terkadang masih kurang disertai dengan training yang intensif. Hal ini menyebabkan mahasiswa tidak memiliki ruang yang luas untuk melakukan proses pembelajaran dan penguasaan teknologi tersebut.
Ketidakmampuan atau penguasaan skill yang tidak lengkap akan menyebabkan mahasiswa tidak mampu melakukan pemeliharaan, pengembangan dan inovasi  bahkan bisa menyebabkan mereka mengalami stress karena dituntut untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak mereka kuasai.
Disisi lain, ada beberapa kasus dimana training telah dilakukan dengan baik, akan tetapi transfer skill dan knowledge tidak terjadi. Hal ini disebabkan adanya keengganan dari mahasiwa yang mendapatkan training untuk melakukan sharing atas apa yang telah mereka dapatkan.
Masih banyak faktor yang tidak dapat terlaksananya Indonesia Mandiri Energi di antaranya:
·         Faktor Sosial Budaya,
·         Penerapan Metode Teknik,
·         Faktor Ekonomi,
·         Konflik Kepentingan, dan
·         Faktor Politik
Dapat dilihat di pohon faktor  dibawah ini:

Sumber : ESDM

seci.gifIkujiro Nonaka mengusulkan sebuah formulasi yang terkenal dengan sebutan SECI atau Knowledge Spiral. Konsepnya bahwa dalam siklus perjalanan kehidupan kita, pengetahuan itu mengalami proses yang kalau digambarkan berbentuk spiral, proses itu disebut dengan Socialization - Externalization - Combination - Internalization.
seci.gif















  1. Proses eksternalisasi (externalization), yaitu mengubah tacit knowledge yang kita miliki menjadi explicit knowledge. Bisa dengan menuliskan know-how dan pengalaman yang kita dapatkan dalam bentuk tulisan artikel atau bahkan buku apabila perlu. Dan tulisan-tulisan tersebut akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa maupun orang lain yang sedang memerlukannya. Proses eksternalisasi ini akan berhasil dilaksanakan jika adanya dorongan dari pemerintah melalui penerapan proses reward dan punishment.
2.      Proses kombinasi (combination), yaitu memanfaatkan explicit knowledge yang ada untuk kita implementasikan menjadi explicit knowledge lain. Proses ini sangat berguna untuk meningkatkan skill dan produktifitas diri (mahasiswa) sendiri. Kita bisa menghubungkan dan mengkombinasikan explicit knowledge yang ada menjadi explicit knowledge baru yang lebih bermanfaat.
3.      Proses internalisasi (internalization), yakni mengubah tacit knowledge sebagai inspirasi datangnya expilicit knowledge.. Bahasa lainnya adalah learning by doing. Dengan referensi dari manual dan buku yang ada, mahasiswa dapat mulai bekerja, dan menemukan pengalaman baru, pemahaman baru dan know-how baru.
4.      Proses sosialisasi (socialization), yakni mengubah tacit knowledge ke tacit knowledge lain. Ini adalah hal yang juga terkadang sering kita lupakan. Kita tidak manfaatkan keberadaan kita pada suatu pekerjaan untuk belajar dari orang lain, yang mungkin lebih berpengalaman. Proses ini membuat pengetahuan kita terasah dan juga penting untuk peningkatan diri sendiri. Yang tentu saja ini nanti akan berputar pada proses pertama yaitu eksternalisasi. Semakin sukses kita menjalani proses perolehan tacit knowledge baru, semakin banyak explicit knowledge yang berhasil kita produksi pada proses eksternalisasi
            Dan juga selain wacana diatas yang disampaikan oleh Ikujiro Nonaka, menurut saya hal yang harus dilakukan pemerintah khususnya LITBANG yaitu harus tersedianya tempat melakukan RISET yang mana di Indonesia sendiri masih minim tempat-tempat mahasiswa melakukan penelitian dan observasi. Adapun tempat untuk melakukannya, pasti dengan biaya yang sangat mahal. Karena saya banyak melihat mahsiswa mengeluh-eluhkan tentang tempat penelitian tersebut yang mana mereka di tuntut pemerintah untuk menjalankan program pemerintah yang salah satunya DME untuk mencapai Indonesia Mandiri Energi (IME) tetapi pemerintah sangat minim mendukung mahasiswa untuk melakukan riset baik tempat, peralatan maupun biaya. Itulah kebanyakan mahasiswa lari ke luar negeri dimana di negeri sendiri mereka tidak dihargai tetapi di negara luar sangat dihargai.
            Dampak dari knolwedge dan skill mahasiswa yang kurang akan menghambat program Indonesia Mandiri Energi yang akan berakibat pada keterpurukan energi di seluruh kawasan di Indonesia yang akan berefek pada ketahanan Indonesia sendiri baik ketahanan energi, pangan, maupun keterpurukan ekonomi.
            Sebaliknya, apabila wacana diatas baik yang disampaikan Ikujiro Nonaka maupun saya dapat dilakukan dan di aplikasikan dengan baik, program pemerintah membangun Indonesia Mandiri Energi dapat berjalan lancar. Mahasiswa dapat menjadi penyuluh yang baik karena di bekali knowledge yang luas dan skill yang tinggi yang mentransferkan ilmunya kepada masyarakat di desa untuk membangun Desa Mandiri Energi  (DME).
            Semua proses ini pada akhirnya akan menciptakan Indonesia Mandiri Energi yang di idam-idamkan sesuai visi dan misi.
5.             Kesimpulan

Pemerintah harus tanggap dan bijak dalam pengembangan IPTEK di Indonesia dan membimbing mahasiswa itu sendiri supaya mahasiswa mendapatkan knowledge dan skill  yang luas dan  terasah dengan baik sehingga dapat di aplikasikan dengan baik.
Pemerintah harus mendukung mahasiwa dalam segala hal agar dapat mengembangkan program kerjanya yang salah satunya ialah Indonesia Mandiri Energi yang dilakukan dengan pembangunan Desa Mandiri Energi (DME) dan biasanya yang menghambat mahasiswa dalam mengembangkan program ini adalah training dan learning yang kurang dan biaya yang sangat mahal yang mengakibatkan mahasiswa tersendat untuk mendukung program Indonesia Mandiri Energi ini.

6.                  Daftar Pustaka

Aaker, David. A. 1989. Managing Assets and Skills: The Key To a Sustainable Competitive Advantage. California Management Review, Vol. 31
Elsevier Butterworth-Heinemann. Drucker, Peter F. 1998. “ The Coming of the New Organization.” Harvard Business Review on Knowledge Management, 03: hlm. 1-19.
ESDM, “BluePrint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025”.
Kemenristek, “Agenda Riset Nasianal 2010-   2014”.
Partowidagdo,Widjajono, “ Ketahanan Industri Nasional”
Ruggles, R. & D. Holtshouse. 1999. The Knowledge Advantage. Dover, N. H. Capstone Publishers.
Nonaka, I & Takeuchi, H. 1995. The Knowledge: Creating Company - How Japanese Companies Create The  Dynamics of Innovation. New York: Oxford University Press.
Sumahamijaya, Inra. Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro Power. Jatim
Supardi, Bibit, Membangun Desa      Mandiri Energi Berbasis         PLTMH di Kabupaten Klaten.            Klaten
Tobing, Paul L. 2007. Knowledge Management Konsep, Arsitektur dan Implementasi. Yogyakarta :