1.
Pendahuluan
Mahasiswa sebagai salah satu penunjang kemajuan suatu
negara dari segi ilmu pengetahuan yang siap untuk dikembangkan menjadi ilmuawan
ataupun calon pemimpin dengan skill
dan knowledge yang unggul.
Mahasiwa juga sebagai asset
yang sangat berharga untuk menjadi ilmuwan atau calon pemimpin yang cerdas
dengan penetrasi yang sangat luas di seluruh pelosok negeri merupakan modal
vital yang dimiliki suatu negara untuk membentuk competitive advantage negara dalam membangun visi dan misinya.
Pencarian dan pembentukan competitive advantage negara harus
dilakukan karena merupakan salah satu prasyarat bagi keberlangsungan hidup negara.
Secara skill, Indonesia memiliki banyak mahasiswa dengan skill
tinggi dan knowledge yang luas.
Hanya saja skill dan knowledge ini nampaknya masih belum kelihatan dimana mahasiswa yang cerdas
dan berpotensi belum atau tidak dikembangkan secara maksimal.Dalam beberapa kasus bahkan di
dapati mahasiswa lebih memilih mencari ilmu dan bekerja diluar Indonesia yang
seharusnya skill dan knowledge mahasiswa tersebut dapat
memajukan Indonesia sesuai visi maupun misi.
Setiap mahasiswa pada dasarnya
memiliki harapan untuk dapat melakukan pendidikan dengan baik. Ketidakmampuan
mahasiswa dalam melaksanakan pendidikan di Indoneia yang disebabkan kurangnya skill yang akan mereka miliki maupun
faktor penunjang lainnya yang akan menyebabkan demotivasi, meningkatnya tingkat
stress yang pada akhirnya menyebabkan mahasiswa prustasi. Sebaliknya jika
mahasiswa dikembangkan secara optimal dan diberikan pelatihan yang tepat,
sehingga mereka dapat melaksanakan pendidikan dengan baik dan cepat, maka akan
muncul kepuasan, menurunkan tingkat stress dan mendorong terciptanya
inovasi-inovasi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi Indonesia.
2.
Review Literatur
2.1. Indonesia Mandiri Energi (IME)
Program Indonesia Mandiri Energi telah dicanangkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di masa kepemimpinannya yang mana salah
satu program kerja kedepan adalah pengembangan desa biasa menjadi desa mandiri
energi (DME). Hal ini dapat dilihat dengan faktor kondisi 45% desa dari 70 ribu
desa di Indonesia yang dikategorikan sebagai desa tertinggal sangat minim
infastruktur dan fasilitas penunjang, seperti sarana pendidikan, sumber air
bersih maupun akses masyarakat pada energinya.
Menurut
Purnomo Yusgiantoro selaku mantan
menteri ESDM, saat ini di
Indonesia terdapat 100 Desa Mandiri Energi dengan bahan bakar non-nabati di 81
kabupaten dan 40 Desa Mandiri Energi yang menggunakan bahan bakar nabati yang
merupakan binaan tujuh departemen yaitu departemen ESDM, Pertanian, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Negara Daerah Tertinggal, Kementerian BUMN,
dan Departemen Kelautan.
Tujuan pengembangan Desa Mandiri Energi ada
beberapa yang terutama adalah pengurangan kemiskinan dan membuka lapangan
kerja, kalau bisa sampai akhir kabinet dapat mengurangi pengangguran hingga 1
juta orang, mengurangi kemiskinan disamping juga untuk mensubstitusi bahan
bakar minyak.
Dan juga menurut Bibit Supardi, S.Pd., MT dalam artikel ” Membangun Desa Mandiri Energi Berbasis PLTMH di
Kabupaten Klaten, DME merupakan salah satu program agar desa bisa
memenuhi kebutuhan energinya sendiri, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan
dan mengurangi penggangguran serta kemiskinan dengan mendorong kemampuan
masyarakat dan pengguna sumber daya setempat. Dengan program tersebut
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pasokan energi kepada pihak / daerah
lain dan masyarakat pedesaan tidak hanya bergantung pada bahan bakar minyak, khususnya
minyak tanah dalam memenuhi kebutuhannya sehari hari.
Sumber : ESDM
Faktor lain yang dapat dilihat
juga adalah ketersediaan energi di Indonesia. Indonesia memiliki cadangan berbagai sumber energi
meskipun tidak terlalu besar dibandingkan keperluannya. Walaupun demikian perlu
dilakukan berbagai tindakan agar cadangan energi tersebut dapat dijadikan kekayaan yang dapat dinikmati
oleh generasi penerus, bukan hanya dihabiskan untuk generasi saat ini.
Yang pada dasarnya energi terdiri dari energi tak
terbarukan (non renewable) dan energi terbarukan (renewable). Di Indonesia
energi tak terbarukan terdiri dari energi yang telah dikembangkan yaitu minyak,
gas dan batu bara. Energi tak terbarukan yang belum dikembangkan adalah uranium
(nuklir) dan Coal Bed Methane (CBM). (bab 1, agenda 21 sektor
energi).
Bisa dilihat potensi energi maupun sumber daya alam
di Indonesia sangat melimpah :
Sumber : ESDM
2.2. Mahasiswa
“ Mahasiswa ” mirip sebutan akademis untuk siswa / murid yang
telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya (UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19). Secara
Harfiyah,“ Mahasiswa ” terdiri dari
dua kata yaitu ” Maha ” yang berarti
tinggi, besar dan ” Siswa ” yang
berarti subyek pembelajar (Bobbi de
Porter ). Jadi dari segi bahasa “
mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang
belajar di perguruan tinggi/ universitas. Dan menurut August Comte selaku Pengantar Psikologi,
mahasiswa adalah Agent of Social Change.
sumber: Makrab IMTEK STMI
3.
Pembahasan
Pada bagian pendahuluan telah disebutkan bahwa masih ada
ketidakselarasan antara kecerdasan dan potensi besar yang dimiliki sebagian
besar mahasiswa Indonesia dengan skill yang mereka miliki. Hal ini
disebabkan karena secara umum
mahasiswa yang sedang ataupun selesai menepuh pendidikan adalah fresh
graduated dari S1, D3 maupun D1 yang masih belum memiliki skill dan pengalaman yang memadai.
Para mahasiswa ini
sangat memerlukan bimbingan dan transfer ilmu dari para ilmuwan dan atau
pelatihan dari LITBANG untuk melaksanakan program DME. Namun dalam kenyataannya
proses transfer skill dan pengalaman
ini mengalami kendala karena sebagian para ilmuwan kurang berminat melakukan
proses tersebut. Hal ini mengakibatkan pada program DME yang mana ketika para
ilmuwan yang memiliki skill dibidang
tertentu sudah tua maupun pensiun tidak ada lagi orang yang bisa
menggantikannya, seperti ungkapan ”when
employees leave a country, their knowledge goes with them”.
Selain itu,
proses-proses pengadaan perangkat dan atau implementasi sistem baru yang
melibatkan teknologi tinggi terkadang masih kurang disertai dengan training yang intensif. Hal ini
menyebabkan mahasiswa tidak memiliki ruang yang luas untuk melakukan proses
pembelajaran dan penguasaan teknologi tersebut.
Ketidakmampuan
atau penguasaan skill yang tidak
lengkap akan menyebabkan mahasiswa tidak mampu melakukan pemeliharaan,
pengembangan dan inovasi bahkan bisa
menyebabkan mereka mengalami stress karena dituntut untuk melakukan suatu
pekerjaan yang tidak mereka kuasai.
Disisi lain, ada
beberapa kasus dimana training telah
dilakukan dengan baik, akan tetapi transfer skill
dan knowledge tidak terjadi. Hal
ini disebabkan adanya keengganan dari mahasiwa yang mendapatkan training untuk melakukan sharing atas apa yang telah mereka
dapatkan.
Masih banyak
faktor yang tidak dapat terlaksananya Indonesia Mandiri Energi di antaranya:
·
Faktor
Sosial Budaya,
·
Penerapan
Metode Teknik,
·
Faktor
Ekonomi,
·
Konflik
Kepentingan, dan
·
Faktor
Politik
Dapat dilihat di pohon faktor dibawah ini:
Sumber : ESDM
Ikujiro Nonaka mengusulkan sebuah
formulasi yang terkenal dengan sebutan SECI atau Knowledge
Spiral. Konsepnya bahwa dalam siklus perjalanan kehidupan kita, pengetahuan itu mengalami proses
yang kalau digambarkan berbentuk spiral,
proses itu disebut dengan Socialization
- Externalization - Combination - Internalization.
- Proses eksternalisasi (externalization), yaitu mengubah tacit knowledge yang kita miliki menjadi explicit knowledge. Bisa dengan menuliskan know-how dan pengalaman yang kita dapatkan dalam bentuk tulisan artikel atau bahkan buku apabila perlu. Dan tulisan-tulisan tersebut akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa maupun orang lain yang sedang memerlukannya. Proses eksternalisasi ini akan berhasil dilaksanakan jika adanya dorongan dari pemerintah melalui penerapan proses reward dan punishment.
2. Proses kombinasi (combination), yaitu
memanfaatkan explicit knowledge yang
ada untuk kita implementasikan menjadi explicit
knowledge lain. Proses ini sangat berguna untuk meningkatkan skill dan produktifitas diri (mahasiswa)
sendiri. Kita bisa menghubungkan dan mengkombinasikan explicit knowledge yang ada menjadi explicit knowledge baru yang lebih bermanfaat.
3. Proses internalisasi (internalization), yakni
mengubah tacit knowledge sebagai
inspirasi datangnya expilicit knowledge..
Bahasa lainnya adalah learning by doing.
Dengan referensi dari manual dan buku yang ada, mahasiswa dapat mulai bekerja,
dan menemukan pengalaman baru, pemahaman baru dan know-how baru.
4. Proses sosialisasi (socialization), yakni mengubah tacit knowledge ke tacit knowledge lain. Ini adalah hal yang juga terkadang sering
kita lupakan. Kita tidak manfaatkan keberadaan kita pada suatu pekerjaan untuk
belajar dari orang lain, yang mungkin lebih berpengalaman. Proses ini membuat
pengetahuan kita terasah dan juga penting untuk peningkatan diri sendiri. Yang
tentu saja ini nanti akan berputar pada proses pertama yaitu eksternalisasi.
Semakin sukses kita menjalani proses perolehan tacit knowledge baru, semakin banyak explicit knowledge yang berhasil kita produksi pada proses
eksternalisasi
Dan juga selain
wacana diatas yang disampaikan oleh Ikujiro
Nonaka, menurut saya hal yang harus dilakukan pemerintah khususnya LITBANG yaitu harus tersedianya tempat melakukan
RISET yang mana di Indonesia sendiri masih minim tempat-tempat mahasiswa
melakukan penelitian dan observasi. Adapun tempat untuk melakukannya, pasti
dengan biaya yang sangat mahal. Karena saya banyak melihat mahsiswa mengeluh-eluhkan
tentang tempat penelitian tersebut yang mana mereka di tuntut pemerintah untuk
menjalankan program pemerintah yang salah satunya DME untuk mencapai Indonesia
Mandiri Energi (IME) tetapi pemerintah sangat minim mendukung mahasiswa untuk
melakukan riset baik tempat, peralatan maupun biaya. Itulah kebanyakan
mahasiswa lari ke luar negeri dimana di negeri sendiri mereka tidak dihargai
tetapi di negara luar sangat dihargai.
Dampak dari knolwedge dan skill
mahasiswa yang kurang akan menghambat program Indonesia Mandiri Energi yang
akan berakibat pada keterpurukan energi di seluruh kawasan di Indonesia yang
akan berefek pada ketahanan Indonesia sendiri baik ketahanan energi, pangan,
maupun keterpurukan ekonomi.
Sebaliknya, apabila wacana diatas baik yang disampaikan Ikujiro Nonaka maupun saya dapat dilakukan dan di aplikasikan dengan
baik, program pemerintah membangun Indonesia Mandiri Energi dapat berjalan
lancar. Mahasiswa dapat menjadi penyuluh yang baik karena di bekali knowledge
yang luas dan skill yang tinggi yang mentransferkan ilmunya kepada
masyarakat di desa untuk membangun Desa Mandiri Energi (DME).
Semua proses ini pada akhirnya akan
menciptakan Indonesia Mandiri Energi yang di idam-idamkan sesuai visi dan misi.
5.
Kesimpulan
Pemerintah harus tanggap dan
bijak dalam pengembangan IPTEK di Indonesia dan membimbing mahasiswa itu
sendiri supaya mahasiswa mendapatkan knowledge
dan skill yang luas dan terasah dengan baik sehingga dapat di
aplikasikan dengan baik.
Pemerintah harus mendukung
mahasiwa dalam segala hal agar dapat mengembangkan program kerjanya yang salah
satunya ialah Indonesia Mandiri Energi yang dilakukan dengan pembangunan Desa
Mandiri Energi (DME) dan biasanya yang menghambat mahasiswa dalam mengembangkan
program ini adalah training dan learning yang kurang dan biaya yang
sangat mahal yang mengakibatkan mahasiswa tersendat untuk mendukung program
Indonesia Mandiri Energi ini.
6.
Daftar Pustaka
Aaker,
David. A. 1989. Managing Assets and Skills: The Key To a Sustainable
Competitive Advantage. California Management Review, Vol. 31
Elsevier
Butterworth-Heinemann. Drucker, Peter F. 1998. “ The Coming of the New
Organization.” Harvard Business Review on
Knowledge Management, 03: hlm. 1-19.
ESDM, “BluePrint Pengelolaan Energi Nasional
2005-2025”.
Kemenristek,
“Agenda Riset Nasianal 2010- 2014”.
Partowidagdo,Widjajono,
“ Ketahanan Industri Nasional”
Ruggles,
R. & D. Holtshouse. 1999. The
Knowledge Advantage. Dover, N. H. Capstone Publishers.
Nonaka, I &
Takeuchi, H. 1995. The Knowledge:
Creating Company - How Japanese Companies Create The Dynamics of Innovation. New York: Oxford
University Press.
Sumahamijaya,
Inra. Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro
Power. Jatim
Supardi, Bibit, Membangun Desa Mandiri Energi Berbasis PLTMH di Kabupaten Klaten. Klaten
Tobing, Paul L. 2007. Knowledge Management Konsep, Arsitektur dan Implementasi.
Yogyakarta :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar